Di sebuah rumah panggung kayu nan tak berdiri kokoh
dibawahnya sungai tak bernafas, penuh peluh. Tersanggah batak-batang hampir roboh
Hanya bunda dan pria muda tampak bodoh, tanpa terlihat laki-laki tua seperti ayah
Senja memang selalu kelabu, bagi mereka, mentaripun berwarna abu-abu
dan malam yang kian menghitam, sungguh bak bulan merindu
Hingga sebesar pria dewasa, ia masih tampak seperti bocah berumur tiga tahun
Hanya cinta yang membesarkannya hingga berjakun
Lembayung daun mendengar doa,
Ranting pohon meminta padaNya
Aliran sungai dan semilir angin termangu senandung bunda
"Pulang sayangku pulang, pulang dengan dayung pusaka
Siram sayangku siram, siram dengan harum cempaka
Tidur sayangku tidur, tidur dalam kelambu syurga
Senja sayangku senja, tutup pintu, tutup jendela"
0 komentar:
Post a Comment