SENYUM KEGAGALAN


Sore ini pukul empat

Jakartaku seperti biasa, merayap penat
Sedang aku dalam was-was pangkat kuadrat
Seraya ajal seperti mendekat
Aku sudah rasa akan "kegagalan" yang tergurat
Ya, feeling ini cukup kuat
Mengingat apa yang akan terjadi hari ini adalah konsekuensi yang berat

Benarlah adanya, sang mapan itu bersahut pesan
Bertanya dimana sudah berada
Mendekati ajal, kupanggil nomornya
Sahutku sang mapan menekan tombol merahnya
Satu menit kemudian,
Sang mapan memanggil dengan suara
Bata-bata aku memohon maaf, sang mapan menyahutku dengan nada tinggi
Sejak pukul dua belas aku bertandang keluar rumah
Naas memang rezeki tak berada di pangkuan tahta
Tak jua salahkan siapa-siapa
Aku tidak salah

Supir 'sepakat' seraya menatap bola mataku yang bening seperti penuh air yang hujan
Pelan kata tanya retorika darinya
Kita pindah haluan jawabku lirih

Aku senang kegagalan ini datang
Aku bangga dikenal maya oleh sang mapan
Ia mengirim pesan dan suara hingga kicau maya untukku seorang
Ya, ada senyuman dibalik kata GAGAL

Aku ingin gagal lagi dan lagi
Aku ingin tersenyum lagi dan lagi
Dan meraup keberhasilan dari ini
Dibalik kegagalan tersirat keberhasilan, bukan?

Sesampai di haluan kedua
Kusambangi tempat bertandang orang-orang kaya
Tempat kopi mahal
Memanglah raut wajah semua bisa terka
Cashier pun sadar kulit wajahku membeku
Hingga bibir ini tak cukup melengkung keatas dengan baik

Di pertokoan benda-benda mewah ini tangga turun naik kucoba-coba
Benarlah adanya dengan belanja mata pikiranmu terbuka
Namun apa daya, toh hati tetap luka
Kembali ke jalan raya
Jakartaku, tetaplah sama, tak ubahnya kandang semut
Aku hilang kata untuk ini. Sempoyongan.

Tunggang langgang menyusuri rute menuju kehangatan
Walau sampaipun bukan hangat juga jadinya
Ada saja rusuh dirumah ini
Ah! Entahlah salah siapa

Lekas kutuliskan cerita satu juni disini
Dan kubuka lembar otomatis nilai
Ada huruf A berbaris rapi
Senyum-lah kembali



0 komentar:

Post a Comment